Skripsi Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Problem Based Learning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia lebih dikenal sebagai ilmu yang dapat menjelaskan jawaban mengenai gejala-gejala alam. Gejala alam dipelajari oleh para ahli kimia melalui proses misalnya pengamatan dan eksperimen yang terjadi, dan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan mengalisis data produk dari proses dan sikap ilmiah yang diterapkan ahli kimia berupa fakta, teori, hukum, dan prinsip atau konsep. Hasil penelitian para ahli kimia berupa konsep dasar pembelajaran kimia ini yang akan dipelajari oleh peserta didik di sekolah maupun di rumah.
Pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran di sekolah, salah satunya dipengaruhi oleh kualitas bahan ajar. Salah satu bahan ajar yang digunakan adalah Modul. Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena didalamnya telah dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung (Munadi, Y. 2012).
Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu para siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan operasional.
Modul digunakan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran yang memperlihatkan fungsi pendidikan. Modul yang digunakan disekolah disajikan dalam bentuk cetakan atau buku. Seiring perkembangan teknologi, mulai dilakukan pengembangan Modul baik dari segi bentuk, tampilan, maupun susunan materi yang disajikan dalam bentuk digital yang dapat dioperasionalkan melalui komputer, handphone maupun smartphone.
Terkait dengan pengoperasionalan dan pengembangan Modul baik dari segi bentuk, tampilan, maupun susunan materi telah banyak dilakukan pengembangan Modul oleh : Farenta, Arvi Sekar (2016), mengenai Pengembangan E-Modul Berbasis PBL mata pelajaran kimia kelas X yaitu mengembangkan bahan ajar berupa modul yang valid dan dapat mengefektifkan pembelajaran secara mandiri dengan bantuan ataupun minimal guru.
Triani, Pauline Dewi (2017) mengembangkan modul berbasis masalah yaitu dengan lebih banyak menampilkan tipe-tipe tugas dalam bentuk masalah sehari-hari yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan proses belajar siswa terutama keterampilan metakognisi.
Sitepu, Charolina C (2018), lebih mengembangkan modul elektronik dengan aplikasi Flipbook Maker untuk menarik minat siswa dan mempermudah pendidik memberikan materi. Selain itu modul yang dikembangkan berisi pemberian masalah kongkrit kepada siswa dan membuat inovasi dalam bahan ajar. Hasilnya siswa mampu menyusun pengetahuan sendiri, melatih kemandirian siswa dan mampu memecahkan masalah yang diberikan dengan berfikir kritis dan kreatif.
Dari segi pendekatan, Aspiyunda (2018) mengembangkan modul elektronik mengenai kesetimbangan kimia berbasis pendekatan sainstifik yang diharapkan mampu meningkatkan kegiatan belajar mandiri dan siswa mampu menemukan konsep dari penggunaan modul dalam pembelajaran. Dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik, dibutuhkan bahan ajar tambahan yang dapat memotivasi peserta didik dalam meningkatkan ke-giatan belajar mandiri dalam menemukan konsep. Salah satunya adalah bahan ajar dalam bentuk modul.
Bahan ajar dalam bentuk modul dapat dikombinasi kan dengan bahan ajar multimedia interaktif dalam bentuk e-modul.
Hasil pengembangan-pengembangan Modul di atas, dapat dikemukakan bahwa telah dilakukan pengembangan modul baik dari segi tampilan, susunan materi, pendekatan maupun penyajian dari modul.
Pengembangan ini sangat berdampak positif terhadap proses pembelajaran disekolah karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dari jurnal-jurnal diatas juga dapat disimpulkan bahwa pada pengembangan modul elektronik berbasis PBL dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari dengan berfikir kritis dan mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran dikarekan tampilannya sudah menarik dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan.
Hasil dari wawancara dengan guru di SMA Negri 5 Merangin diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran disekolah bahan ajar yang digunakan guru berupa buku paket dan lembar kerja peserta didik serta internet tetapi untuk pemakaian internet jarang dilakukan dikarenakan padamnya aliran listrik dan keterbatasan laboratorium komputer.
Dalam proses pembelajaran, dalam penyelesaian tugas maupun mencari sumber belajar, peserta didik banyak menggunakan internet melalui handphone, karena sebagian besar peserta didik disekolah memiliki handphone. Sedangkan untuk keterpakaian buku pelajaran dan lembar kerja peserta didik kurang efektif karena peserta didik malas membawa dan kurang menarik tampilannya. Selain itu di sekolah ini, memiliki fasilitas yang cukup memadai yaitu fasilitas sarana dan prasarana pendukung seperti ICT yang memadai seperti komputer, LCD, dan jaringan internet, namun pemanfaatan media tersebut belum maksimal.
Salah satu materi pelajaran kimia SMA kelas XI adalah hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan materi kimia yang memuat pemahaman konseptual dan pemahaman penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi hidrolisis garam ini,siswa akan mempelajari reaksi pelarutan garam, garam yang bersifat netral, garam yang bersifat asam dan basa serta menghitung pH dari larutan garam dan contoh penerapan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari.
Materi hidrolisis garam ini akan mudah dipelajari siswa apabila diajarkan dengan metode dan cara yang tepat. Dengan menampilkan contoh kegunaan dan aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari akan membuat siswa berfikir bahwa materi hidrolisis garam memiliki hubungan dengan kehidupannya sehingga siswa akan lebih tertarik dan suka untuk mempelajari materi hidrolisis garam. Hal tersebut juga dialami oleh siswa di SMA Negeri 5 Merangin. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas XI dan XII IPA SMA Negeri 5 Merangin menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam merupakan materi yang dianggap tidak ada hubungannya dengan kehidupan oleh sebagian besar siswa. Sehingga sebagian siswa kurang tertarik dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini dan kurang tertarik dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini.
Hal ini didukung dengan data rata-rata nilai dan proporsi ketuntasan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam memperoleh nilai dan proporsi ketuntasan yang cukup rendah pada tahun ajaran 2017/2018 semester 2. Data rata-rata nilai dan proporsi ketuntasan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Merangin semester 2 tahun ajaran 2017/2018 menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam merupakan materi dengan rata-rata nilai dan proporsi ketuntasannya cukup rendah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu hasil belajar yang diperoleh oleh siswa berupa aktivitas siswa yang aktif dalam mencari pengetahuan dan konsep mengenai masalah yang diberikan. Keterampilan pemecahan masalah ini harus dilatih dan dibekali pada semua siswa. Terutama saat menghadapi persoalan yang rumit dalam pembelajaran kimia. Proses ini didahului oleh kemampuan berfikir kritis dan berkembang menjadi suatu opini berbobot yang dapat dirangkai dengan teori yang kredibel.
Dalam materi hidrolisis garam ini siswa akan diberikan permasalahan yang sering muncul dikehidupan sehari-hari dan nantinya siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi tersebut dengan dikaitkan dengan teori yang dipelajari. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan cara menghafal daripada secara aktif memahami konsep-konsep kimia. Ada juga sebagian siswa yang paham dengan konsep-konsep kimia, namun belum mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suyanti, 2010).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada beberapa guru kimia di Daerah Merangin yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran materi hidrolisis garam sebagian besar masih berfokus pada konsep. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Brist (2012) dalam Aspiyunda (20180, bahwa siswa yang mempelajari kimia cenderung dibombardir dengan fakta terisolasi dan rumus-rumus kimia yang tidak ada hubungan dengan kehidupan siswa, sehingga siswa cenderung untuk menghafal, kemudian siswa dengan mudah membuangnya tanpa bekas. Pada proses pembelajaran seperti ini, kegiatan siswa selama proses pembelajaran menjadi terabaikan.
Dengan demikian diperlukan proses pembelajaran yang mampu menuntut siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah sehari-hari dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang mendorong timbulnya keingintahuan siswa untuk melakukan penyelidikan. Rasa ingin tahu siswa akan muncul jika diberikan suatu situasi yang menimbulkan tantangan untuk dipecahkan. Salah satu pendekatan yang dimulai dengan memberikan rasa ingin tahu siswa adalah pendekatan berbasis masalah.
Menurut Seftiana, T. A (2015) model problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa dengan menggunakan masalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan siswa, melatih kemandirian dan rasa percaya diri dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam pemecahan masalah.
Penerapannya dapat mengintegrasi dalam modul elektronik dan dijadikan alternatif pilihan untuk membantu guru dalam mengajar agar siswa lebih aktif dalam proses belajar. Produk yang dikembangkan menuntut peserta didik secara mandiri agar mampu memecahkan masalah yang diberikan di dalam modul elektronik dengan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil wawancara guru disekolah, peneliti memanfaatkan keadaan untuk mengembangkan modul elektronik berbasis masalah pada materi hidrolisis garam. Pada modul ini lebih mengembangkan modul dari segi penyajiannya yang lebih menarik dan mudah dipahami yaitu dapat digunakan melalui handphone peserta didik. Selain itu peneliti mengembangkan keterampilan pemecahan masalah siswa dengan memberikan permasalahan sehari-hari dan menuntut siswa menyelesaikan masalah tersebut secara kritis.
Modul elektronik berbasis masalah ini dapat mengatasi keterbatasan waktu belajar di sekolah karena peserta didik dituntut menyelesaikan masalah sehari-hari dan belajar dengan bantuan atau bimbingan minimal dari guru. Peran guru sebagai pengawas dan pengontrol peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dicapai dengan cara mendampingi peserta didik dalam penyelesaikan masalah berdasarkan konsep yang dipelajari. Hal ini akan membuat waktu pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Hidrolisis Garam di Kelas XI SMA Negri 5 Merangin” .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Bagaimana prosedur pengembangan modul elektronik berbasis Problem Based Learning pada materi hidrolisis garam di kelas XI SMA 5 Merangin ?
- Bagaimana proses penggunaan modul elektronik berbasis PBL untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi hidrolisis garam di kelas XI IPA SMA Negri 5 Merangin?
- Bagaimana respon siswa terhadap modul elektronik berbasis PBL dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi hidrolisis garam?
1.3 Batasan Pengembangan
- Konten media ini bisa bersifat online maupun offline karena menggunakan bantuan 3D pageflip.
- Dalam penerapannya, produk modul elektronik ini hanya mengetahui respon siswa terhadap modul elektronik menggunakan desain 4D hanya sampai tahap development pada uji coba kelompok besar.
1.4 Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari pengembangan ini adalah :
- Mengetahui prosedur pengembangan modul elektronik berbasis PBL dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi hidrolisis garam di kelas XI SMA Negri 5 Merangin
- Mengetahui proses penggunaan modul elektronik berbasis PBL dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi hidrolisis garam di kelas XI IPA SMA Negri 5 Merangin
- Mengetahui respon siswa terhadap modul elektronik berbasis PBL dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi hidrolisis garam di kelas XI SMA Negri 5 Merangin
1.5 Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan berupa Modul elektronik menggunakan softwere 3D pageflip professional yang memiliki spesifikasi produk :
- Berbasis masalah khusus untuk materi hidrolisis garam.
- Terdapat petunjuk penggunaan modul elektronik berbasis PBL yang mudah digunakan dan mudah dipahami siswa
- Dalam modul elektronik ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Modul dapat dioperasionalkan melalui perangkat android dan komputer.
- Program yang dipakai untuk mendukung akses modul elektronik adalah 3D pageflip professional. Program ini memberikan desain yang lebih baik dalam penanyangan modul elektronik.
1.6 Pentingnya Pengembangan
Perkembangan media ajar yang begitu banyak menuntut guru untuk selalu berkreasi dan berinovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam melatih keterampilan pemecahan masalah siswa guru tidak bisa hanya mengandalkan metode konvensional dan pemberian tugas dalam buku paket saja, melainkan guru memberikan permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Kondisi saat ini yakni sangat diperlukan pengembangan bahan ajar berupa modul elektronik berbasis masalah yang berisi masalah-masalah nyata dikehidupan sehari-hari siswa yang akan menuntut siswa keterampilan pemecahan masalah dalam penyelesaian masalah tersebut. Pengembangan modul elektronik ini menggunakan program 3D pageflip profesional pada materi hidrolisis garam bertujuan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa.
1.7 Definisi Operasional
- Modul elektronik merupakan bahan ajar yang berisi susunan materi, contoh soal, permasalahan dan runtutan materi yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Modul elektronik ini dapat dioperasionalkan melalui smartphone/ handphone serta digunakan siswa untuk memahami materi, menemukan konsep, menemukan masalah, mencari solusi dan panduan belajar secara mandiri.
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dimana siswa diberikan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan konsep materi yang telah dipelajari.
- Hidrolisis garam merupakan materi kimia yang di dalamnya terdapat konsep dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep hidrolisis garam ini antara lain reaksi pelarutan garam, garam yang bersifat netral, garam yang bersifat asam dan basa serta menghitung pH dari larutan garam dan contoh penerapan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih telah membaca Skripsi Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Problem Based Learning ini, dan untuk BAB selanjut nya anda bisa membaca di Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan pemecahan Masalah Pada materi Hidrolisis Garam. Semoga contoh skripsi kimia lengkap ini bisa bermanfaat bagi anda.